Perbedaan Filsafat Agama dan Ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Definisi filasfat berbeda-beda sesuai dengan filsafat yang kita terima. Secara teoritis filsafat adalah suatu usaha untuk memahamialam semesta, makna dan nilainya. Filsafat tidak lepas dengan agama dan ilmu, karna keduanya memiliki keterkaitan atau hubungan. Sebelum kita mengerti apa hubungan antara ketiganya, terlebih dahulu kita harus  memahami pengertian dari masing-masing tersebut. Adapun tujuan dari ilmu adalah kontrol sedangkan tujuan daripada filsfat adalah pengertian dan kebijaksanaan(understanding and wisdom). Ilmu memberi kepada kita pengetahuan dan hikmah dan filsafat memberikan kepuasan terhadap keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib yaitu kebenaran. Filsafat sebagai phylosophy of the life, sama dengan agama. Keduanya sama-sama mempengaruhi sikap dan tindakan penganutnya. Agama berasal dari Tuhan sedangkan filsafat berasal dari pemikiran manusia.
B.       RUMUSAN MASALAH
Ø  Apa pengertian filsafat, agama dan ilmu?
Ø  Bagaimana hubungan antara filsafat, agama dan ilmu?
Ø  Apa manfaat filsafat, agama dan ilmu?
C.       TUJUAN
Ø  Memenuhi tugas mata kuliah filsafat islam.
Ø  Mengetahui pengertian filsafat, agama dan ilmu.
Ø  Memahami hubungan antara filsafat, agama dn ilmu.
Ø  Mengetahui manfaat dari pada filsafat, agama dan ilmu.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat, Agama dan Ilmu.
1.      Pengertian filsafat
Dalam lisan Al-arab kata filsafat berakar dari kata falsafa yang memiliki arti al-hikmah, sebuah kata yang berasal dari luar bahasa arab. Kata falsafah juga diambil dari bahasa Yunani philosophia yang berarti kecintaan pada kebenaran(wisdom). Pada awalnya, filsafat diartiakan sebagai the love of wisdom atau the love for wisdom. Pada fase ini, filsafat berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi orang bijak atau sifat orang yang ingin cinta pada kebijakan. Filsafat juga berarti kerja seseorang yang berusaha menjadi orang bijak. Jadi, pertama filsafat sebgai sifat dan kedua filsafat sebagai kerja. Dalam tulisan Ahmd tafsir yang mengutip berbagai ilmuan, disebutkan bahwa pengunaan filsafat sebgai sifat dan kerja terjadi pada masa Aristoteles[1] yang memberikan pengertian filsafat menjadi sangat umum dan luas sekali. Berikut ini akan dijelaskan pengertian-pengertian filsafat yang dibuat oleh para filsuf dan ahli filsafat.
Menurut Plato, filsafat adalah suatu ilmu yang membicarakan hakikat sesuatu. Adapun Aristoteles murid Plato berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis. Para filsuf muslim abad pertengahan memberikan pengertian filsafat sebagai ilmuyang meneliti hakikat segala sesuatu yang ada dengan cara menggunakan akal sempurna. Sedangkan menurut Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secra mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan mausia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang hakikatny sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Dari masing pemikiran-pemikiran filusuf tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang mempelajari ilmu dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Pendefinisin filsafat ini memunculkan berbagai perbedaan antara satu tokoh dan tokoh lain. Dalam analisis Ahmad tafsir, perbedaan definisi itu dapat disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat, pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda, serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
Setelah mengenal apa itu filsafat, sekarang akan membahas tentang objek kajian dari filsafat itu sendiri.  Dalam membahasa objek kajian filsafat, para filsuf berbeda pendapat mengenai klasifikasi kajian-kajian filsafat. Diantara mereka, ada yang membaginya menjadi filsafat teoritis  tujuannya untuk mengetahui kebenaran, serta mencankup matematika, ilmu-ilmu alam dan teologi, dan filsafat praktis tujuannya untuk aplikasi praktis, khususnya pada bidang etika, politik keluarga dan politik negara. Selain itu, ada pula yang membaginya menjadi filsafat ketuhanan, filsafat alam dan filsafat manusia. Pembagian ini dikemukakan oleh Francois bacon, dan merupakan pembagian yang dianggap model baru atau modern. Sebagian lain membaginya menjadi ilmu-ilmu umum seperti metafisika, ontologi, epistemologi, serta ilmu logika dan ilmu-ilmu khusus seperti etika, estetika, psikologi, filsafat alam, filsafat hukum, filsafat agama, filsafat sejarah dan sosiologi.
2.      Pengertian agama
Kata agama disini bukan dalam pengertian yang luas, seperti yang dipahami oleh sebagian pemikir Eropa yang menggunakan istilah agama dalam pengertian “segala bentuk kepercayaan manusia, termasuk yang bersifat khurafat (tahayyul) dan banyak berkembang sejak zaman kuno dalam masyarakat primitif dan masyarakat beradab”. Namun pengertian agama pada agama-agama samawi yang diterima manusia melalui wahyu yang turun dari langit dan dibawa oleh para rasul Allah[2]. Inlah arti agama yang sebenarnya. Jika kita hendak mencari definisi agama yang sesuai dengan batasan diatas, dalam salah satu kamus arab disebutkan : “ agama adalah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengalahkan mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketatapan ilahi tersebut kepda kebaikan kehidupan dunia dan kebahagian hidup di akhirat.”
Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa kriteria yang kita dapati dlam sebuah agama, yaitu:
a.       Agama adalah sebuah sistem yang datang dari langit (Tuhan).
b.      Tujuan agama adalah mengalahkan dan membimbing akal manusia.
c.       Dasar agama adalah kebebasan pikiran.
d.      Agama wahyu membawa kebaikan hidup didunia dan akhirat.
Pendefinisian agama tersebut tidak akan sempurna tanpa melihat pokok-pokok aqidah keagamaan yang benar, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
a.       Kepercayaan terhadap satu Tuhan yang maha kuasa dan bijaksana, terbebas dari kemiripan makhluk, serta tak berawal ataupun berakhir dari wujudnya.
b.      Kepercayaan terhadap wujud alam lain, dimna didalmnya terhadap makhluk-makhluk dari jenis lain, seperti malaikat dan jin.
c.       Kepercayaan terhadap pengutusan para rasul Tuhan untuk mengajarkan manusia bagaimna cara menjalani hidup.
d.      Kepercayaan terhadap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, dimana kita akan dimintai perhitungan dan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan kita. Jika baik dibalas baik, dan jika buruk dibalas buruk.
3.      Pengertian ilmu
Dalam tulisan Dawam Raharjo, kata ilmu dalam Al-qur’an disebut 105 kali, tetapi jika dihitung kata jadiannya, disebut 744 kali[3] dengan perinciannya yaitu: alima (35), ya’lamu (215), i’lam (31), yu’lamu (1), ‘ilm (105), ‘alim (18), ma’lum (13),  ‘alamin (73), ‘alam (3), a’lam (49), ‘alim (163), ‘allam (4), yu’allimu (16), ‘ulimu (3), mu’allam (1) dan ta’allama (2). Dari kata jadian tersebut muncul beberapa pengertian, seperti mrngrtahui, pengeahuan, orang yang berpngetahuan, yang tahu, terpelajar, paling mengetahui, memehami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran.
Selain dalam Al-qur’an, dalam hadis juga banyak dijumpai tentang dirkursus ilmu. Hal ini dapat dilhat dari berbagai kitab hadis yang secara spesifik menampilkan bab ilmu. Misal dalam kitab hadis Al-jami’ Al-shahih, karya Imam Muhammad bin Isma’il Al-bukhari sebagaimana dinukil oleh Al-Qardawi didapati bab ilmu sesudah hadis-hadis permulaan yang menjelaskan turunnya wahyu dan imam. Kalangan sufi memandang ilmu sebagai sesuatu yang suci sebab pada akhirnya menyangkut semua pengetahuan dari aspek manifestasi Tuhan kepada manusia. Setelah kita memahami pengertian-pengertian ilmu, berkut ini akan dijelaskan klasifikasi
B.     Hubungan Antara Flsafat, Agama dan Ilmu.
1.      Filsafat dan Agama
Filsafat Yunani muncul terpisah dari agama Yunani yang penuh dengan khufarat dan mitos. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Yahudi yang sangat mengagumi filsafat Yunani dan mengangapnya sebagai medan berfikir untuk akal, sambil tetap berbegang pada kitab suci mereka beserta ajaran-ajaran yang terdapat didalamnya. Menurut mereka tujuan filsafat adalah untuk berbakti kepada hidup beragama. Namun hubungan filsafat dengan agama tidak selalu mulus, misal yang terjadi di Eropa (Renaisance) dan pada masa islam pada mereka yang fanatik menentang kebebasan berfikir. Mereka ingin membelenggu pemikiran manusia sambil menjadikan diri mereka sebagai “panglima” bagi akal. Dengan demikian, mereka telah mengotori agama dan ajaran-ajaran luhurnya dan mereka juga telah mengkhianati filsafat dan ilmu pengetahuan. Jadi pertentangan yang ada bukanlah antara filsafat akan tetapi karena pemuka agama yang fanatik itu.
Sesungguhnya ajaran-ajaran islam yang luhur menganjurkan kita untuk membangun basis keimanan kita di atas dasar rasionalitas. Bahakan telah di jelaskan dalam surat Al-alaq : 1-5 dan sekaligus Al-qu’an pun mengingatkan manusia untuk menggunakan panca indra dan akal yang diberikan Allah kepadanya. ( QS. Al- Nahl:78, al-A’raf : 185, Al- dzariyat: 21). [4] Oleh karena itu, para filsuf muslim menyerukan untuk menyelaraskan antara filsafat dengan agama, karena sesungguhnya antara keduanya memang tidak ada pertentangan. Bahkan Ibnu Rusd berpendapat bahwa berfilsafat merupakan sebuah kewajiban agama bagi umat islam. Berkenaan dengan hubungan antara filsafat dan agama, Ibnu Rusyd menyatakan: “ hikmah (filsafat) adalah kawan akrab sekaligus saudara sesusuan syari’ah ( agama).”
2.      Filsafat dan Ilmu
Pada awalnya filsafat mencangkup lapangan pembahasan ilmu, karena filsafat dipahami sebagi setiap usaha yang dilakukan oleh akal untuk sampai kepada pengetahuan. kita bisa mencermati kajian-kajian Aristoteles untuk membuktikan bahwa filsafat dalam pandangannya adlah pengetahuan manusia dalam arti yang paling luas. Ibnu sina dari kalangan filsuf muslim menggabunkan filsafat dan ilmu pengetahuan. dia juga seorang musikus dan politis, disamping sebagai ahli logika dan filsafat ketuhanan.
Kerjasama anatara ilmu dan filsafat dewasa ini tampak pada perhatian para filsuf kontemporer terhadap ilmu, metode dan konseo-konsepnya. Karena para filsuf tersebut sebenarnya adalah para ilmuan yang masing-masing ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Sedangkan segi-segi kerjasama dapat dipaparkan dari dua segi pertama, apa yang disajikan oleh filsafat kepada ilmu, kedua apa yang filsafat terima dari ilmu. Dari sinilah kita bisa memahami hubungan filsafat dengan ilmu.
C.     Manfaat Belajar Filsafat
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa dipetik, beberapa diantaranya adalah:
1.    Filsafat akan mengjrkan untuk melihat sesuatu secara multidimensi
2.    Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia
3.   Mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang
4.    Dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran
5.    Belajar dari filsuf lewat karya-karya besar mereka.





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa sanya filsafat, agama dan ilmu mempunyai hubungan yang saling berkaitan. Karena dari segi-segi kerjasama dapat dipaparkan dari  segi pertama, apa yang disajikan oleh filsafat kepada ilmu, kedua apa yang filsafat terima dari ilmu. Dari sinilah kita bisa memahami hubungan antara filsafat dan ilmu. Sedangkan filsafat juga tidak lepas dengan agama.



[1] Moeflih hasbullah, M.A, Dedi supriyadi, M.Ag, Filsafat sejarah hal.16.
[2] Dr. Fu’ad Farid Isma’il, Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara mudah belajar Filsafat ( barat dan Islam), hal.27.
[3] Dedi supriyadi, M.ag. pengantar filsafat islam, hal. 65.
[4] Dr. Fu’ad Farid Isma’il, Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara mudah belajar Filsafat ( barat dan Islam), hal. 31


Comments

Popular Posts