Suara Tak Kasap Mata

 Hari jum’at tepatnya tanggal 10 Juli 2020, seperti biasa para santri memanfaatkan hari liburnya untuk berziaroh. Meskipun tidak semuanya yang ikut namun sebagian mereka menfaatkan waktu nya untuk bertafakur ngalap barokahe poro pendiri dan dzuriyah pondok di sareane beliau - beliau. Diantara makam yang mereka kunjungi adalah makam Si mbah  Yai Ahmad Musthofa dan Makam simbah Nyai Maryam di daerah makam haji Surakarta. Beliau merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Al-Qur'aniyy Mangkuyudan.

Mengenal Lebih Dekat PP Al-Qur'aniyy

            Dikiranya cukup, mereka melanjutkan kembali perjalanan menuju makam selanjutnya, yaitu makam Simbah Yai Sulaiman, beliau merupakan guru dari Simbah Yai Musthofa. Disamping itu, disana juga terdapat makam Simbah Shofiyah, beliau  merupakan dzuriyah pondok pesantren Al Muayad Mangkuyudan  Surakarta. Selain itu terdapat juga makam K.H. M. Umar Fauzi atau sering kita kenal dengan sebutan Gus Uzik yang merupakan pengasuh dari pesantren Al Muayyad tersebut. Beliau baru saja kepundhut pada tangaal 13 Maret 2020 kemarin. 

Sejarah Al Muayyad

            Saat perjalanan menuju makam beliau, tepatnya samping makam karna sebelum masuk kita harus melewati tembok bersar yang menjadi pembatas antara makam dan jalan.  Salah satu dari mereka mendengar seseorang wanita yang sedang melantunkan ayat-ayat Al-qur’an “nderes”. Suaranya terdengar jelas dan merdu. Dia bertanya teman yang sebelahnya apakah dia mendengar nya atau tidak. Ternyata teman yang disebelahnya pun mendengar, akan tetapi teman yang berjalan didepan mereka berdua sama sekali tidak mendengar apa-apa. “Dari manakah asal suara itu datang?” dalam hatinya mereka berkata demikian. Mereka masih berfikir positif bahwa pasti ada orang lain sedang berziaroh dan nderes Qur’an disitu.

            Mereka terus berjalan hingga akhirnya mereka memasuki area pemakan, suara itu masih terdengar jelas. Dan mereka pun mengingjakkan kakinya di area tersebut mata mereka  berdua langsung tertuju keseluruh penjuru makam, ternyata tidak ada satupun orang yang mereka jumpai. Seketika itu bulu kuduk mereka merinding hati terasa bergetar dan terenyuh. “Ya Allah apakah mungkin itu adalah suara beliau-belliau para ahli qur’an?”. Wallahu a’lam. Karena didalam makam tersebut adalah para tiyang sholihin.

            Pengalaman tersebut membawa kami menflasback kembali mengenal sosok beliau-beliau guru-guru kami sang teladan kami. Bahwa Simbah Shofiyah adalah tiyang sae dan gemar bersholawat. Begitu juga dengan sosok ulama kharismatik Gus Uzik, beliau sosok tiyang sae, sederhana, ketawadhuan nya beliau membuat para santri kagum, beliau juga sosok yang ahli dalam berdakwah.  

Setahun Setelah Mbah Ti Pergi

     Hati kami sangat tersentuh dengan kejadian itu, begitupun dengan saya sebagai pendengar, saya pun dibuat merinding oleh cerita tersebut. Kejadian itu seakan-akan mengingatkan kepada kita agar giat untuk nderes Al-qur’an , apalagi bagi para mereka yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an atau pun mereka yang sudah menyandang gelar Khfidz-khafdzoh. Bahwa sanya menjaga kalam-kalam Nya adalah suatu hal yang Wajib. 

            Pesan yang dapat kita ambil sekaligus untuk diri saya pribadi adalah tetap berusaha menjadi orang yang baik, dengan ketulusan hati. Karna kita tidak tahu kapan ajal datang, kita dapat ambil pelajaran dari suara yang tak kasap mata itu, mungkin pemilik suara itu adalah beliau yang semasa hidupnya selalu meluangkan waktunya untuk membaca Qur’an, hingga saat beliau sudah tiada pun masih istiqomah membaca Al-qu’an. Semoga kita semua termasuk dari golongan orang-orang istiqomah selalu melaksanakan amal-amal baik dan diberikan lisan mudah dalam mebaca Al-qur’an.  

Risalah Untuk Para Penghafal Al-Qur'an

Sumber Wawancara: Ning  Umi Lailatur Rodliyah Mar’atus Sholkhah & Desy Indri Wijayanti


Comments

Popular Posts